Kekuatan Nuklir China Mendekati Sempurna, AS Diminta Waspada
(fir)
WASHINGTON - China kemungkinan dalam waktu dua tahun sudah mampu menggelar senjata nuklir yang diluncurkan dari kapal selam. Karena itu perundingan untuk pengurangan perse
(fir)
WASHINGTON - China kemungkinan dalam waktu dua tahun sudah mampu menggelar senjata nuklir yang diluncurkan dari kapal selam. Karena itu perundingan untuk pengurangan perse
njataan harus segera dilaksanakan.
Hal ini terungkap dalam sebuah rancangan laporan yang akan diajukan oleh sebuah komisi parlemen AS yang diungkapkan pada Kamis (8/11/2012). “China saat ini masih menjadi kekuatan yang ‘paling mengancam’ di dunia maya dan menjadi tantangan terbesar bagi kelangsungan jalur pasokan AS,” sebut US-China Economic and Security Review Commission dalam rancangan laporannya akan diajukan ke Kongres AS.
Laporan itu menyebut pula, China saat ini menjadi satu-satunya negara pengembang awal nuklir yang masih terus mengembangkan kekuatan persenjataan nuklir. Negara nuklir “senior” lain adalah AS, Rusia, Inggris dan Prancis. “Beijing kini sudah di ambang pencapaian trisula kekuatan nuklir yaitu rudal antarbenua yang berbasis di darat, rudal yang diluncurkan dari kapal selam dan bom nuklir berbasis pesawat udara,” tulis laporan itu. Kemampuan peluncuran rudal nuklir dari kapal selam sebenarnya sudah dimiliki China selama bertahun-tahun, namun selama ini dianggap lebih bernilai simbolis. Kemampuan untuk menggelar sistem penggentar di samudera secara berkesinambungan ini dinilai baru-baru ini saja mulai bisa dibangun oleh China, imbuh laporan itu pula.
Terkait upaya pengendalian senjata internasional, China selama ini sudah terlibat di banyak pakta dan sistem pengendalian nuklir dan komponennya. Namun mereka selama ini tidak terlibat dalam banyak konvensi inti pembatasan senjata seperti New Strategic Arms Reduction Treaty yang diteken pada April 2010 dan Intermediate-Range Nuclear Forces Treaty 1987. Selama ini upaya itu baru tercapai secara bilateral antara AS dan Uni Soviet dan selanjutnya Rusia.
Terkait ini, Kongres diharapkan mendesak Departemen Luar Negeri agar meningkatkan upaya mengintegrasikan China ke lingkungan perundingan dan perjanjian pengurangan senjata nuklir serta pembatasan. Kongres juga diimbau lebih berhati-hati untuk menyikapi semua usulan pengurangan kemampuan operasional kekuatan nuklir militer AS tanpa mendapat informasi dan pemahaman yang lebih jelas soal postur kekuatan dan potensi persenjataan nuklir China.
(solopos)
Hal ini terungkap dalam sebuah rancangan laporan yang akan diajukan oleh sebuah komisi parlemen AS yang diungkapkan pada Kamis (8/11/2012). “China saat ini masih menjadi kekuatan yang ‘paling mengancam’ di dunia maya dan menjadi tantangan terbesar bagi kelangsungan jalur pasokan AS,” sebut US-China Economic and Security Review Commission dalam rancangan laporannya akan diajukan ke Kongres AS.
Laporan itu menyebut pula, China saat ini menjadi satu-satunya negara pengembang awal nuklir yang masih terus mengembangkan kekuatan persenjataan nuklir. Negara nuklir “senior” lain adalah AS, Rusia, Inggris dan Prancis. “Beijing kini sudah di ambang pencapaian trisula kekuatan nuklir yaitu rudal antarbenua yang berbasis di darat, rudal yang diluncurkan dari kapal selam dan bom nuklir berbasis pesawat udara,” tulis laporan itu. Kemampuan peluncuran rudal nuklir dari kapal selam sebenarnya sudah dimiliki China selama bertahun-tahun, namun selama ini dianggap lebih bernilai simbolis. Kemampuan untuk menggelar sistem penggentar di samudera secara berkesinambungan ini dinilai baru-baru ini saja mulai bisa dibangun oleh China, imbuh laporan itu pula.
Terkait upaya pengendalian senjata internasional, China selama ini sudah terlibat di banyak pakta dan sistem pengendalian nuklir dan komponennya. Namun mereka selama ini tidak terlibat dalam banyak konvensi inti pembatasan senjata seperti New Strategic Arms Reduction Treaty yang diteken pada April 2010 dan Intermediate-Range Nuclear Forces Treaty 1987. Selama ini upaya itu baru tercapai secara bilateral antara AS dan Uni Soviet dan selanjutnya Rusia.
Terkait ini, Kongres diharapkan mendesak Departemen Luar Negeri agar meningkatkan upaya mengintegrasikan China ke lingkungan perundingan dan perjanjian pengurangan senjata nuklir serta pembatasan. Kongres juga diimbau lebih berhati-hati untuk menyikapi semua usulan pengurangan kemampuan operasional kekuatan nuklir militer AS tanpa mendapat informasi dan pemahaman yang lebih jelas soal postur kekuatan dan potensi persenjataan nuklir China.
(solopos)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar