Soedirman terkenal punya firasat dan perhitungan jitu semasa bergerilya.
Anak bungsunya, Mohamad Teguh Sudirman, mendengar banyak cerita
”kesaktian” ayahnya. Teguh lahir pada 1949 ketika ibunya bersembunyi di
Keraton Yogyakarta saat ayahnya bergerilya. Dia tak sempat bertemu
dengan ayahnya, yang meninggal dua bulan setelah ia lahir, dan hanya
mendengar kisah Soedirman dari sang ibu, Siti Alfiah.
Majalah Tempo, Senin 12 November 2012 menurunkan edisi khusus Jenderal
Soedirman, Bapak Tentara dari Banyumas. Inilah kesaktian sang Jenderal
yang merupakan perokok berat ini.
Ceritanya ketika Soedirman sampai di Gunungkidul. Ia tak mengizinkan
pasukannya beristirahat lama-lama. Benar saja, beberapa saat kemudian,
pasukan Belanda tiba di lokasi peristirahatan pasukannya. Jika
Soedirman, yang dalam sakit bengek dan tubuh rapuh, tak segera meminta
mereka jalan lagi, pertempuran tak akan bisa dihindari. "Dan bisa jadi
pasukan Bapak kalah," kata Teguh.
Soedirman, yang selalu menyamar sepanjang gerilya, juga kerap diminta
mengobati orang sakit. Di sebuah desa di Pacitan, Teguh bercerita,
Soedirman dan pasukannya kelaparan karena tak menemukan makanan
berhari-hari. Mau meminta kepada warga desa, takut ada mata-mata
Belanda. Saat rombongan ini beristirahat, seorang penduduk menghampiri
mereka dan meminta air mantra untuk kesembuhan istri lurah di situ.
Sang Panglima mengambil air dari sumur, lalu meniupkan doa. Ajaib, istri
lurah yang terbaring payah itu bisa bangun setelah minum. Pak Lurah pun
menyilakan Soedirman dan anak buahnya beristirahat. Ia menjamunya
dengan pelbagai makanan. "Baru setelah itu Bapak mengenalkan diri," kata
Teguh.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar