SPR, Senapan Runduk Produk Unggulan PT Pindad
(fir)
Sebelumnya mungkin kita hanya mengenal PT Pindad lewat Senapan Serbu varian SS dan panser Anoa-nya. Banyak produk PT Pindad lainnya yang merupakan produk unggulan jarang kita dengar di m
(fir)
Sebelumnya mungkin kita hanya mengenal PT Pindad lewat Senapan Serbu varian SS dan panser Anoa-nya. Banyak produk PT Pindad lainnya yang merupakan produk unggulan jarang kita dengar di m
edia
massa. Khusus untuk senapan laras panjang, selain memproduksi senapan
serbu varian SS, PT Pindad juga memproduksi senapan khusus untuk
penembak jitu (sniper).
Adalah Senapan Penembak Runduk (SPR) atau biasa juga disebut dengan senapan runduk saja yang dikhususkan untuk senapan sniper ini sudah diproduksi oleh PT Pindad sejak tahun 2007.
Ada tiga versi SPR:
* SPR 1 (produksi 2007), kaliber 7,62 mm
* SPR 2 (produksi 2010), kaliber 12,7 mm x 108
* SPR 3 (Produksi 2010), kaliber 12,7 mm x 108
Ketiga senapan sniper itu sudah didesain menggunakan peluru yang bisa menembus lapis baja pada kendaraan tempur, seperti tank (dengan ketebalan lapis baja dan jarak tembak tertentu - Artileri).
Kemampuan SPR
SPR-1 yang berkaliber 7,62 mm dapat menembak efektif sampai jarak 700-900 meter. Pada jarak tembak 400-500 meter, amunisi SPR-1 ini bisa menembus baja dengan ketebalan 5 mm.
Sementara, SPR-2 dan SPR-3 akurasi tembaknya hingga jarak 1,5 km. Sebenarnya SPR-2 dan SPR-3 bisa menembak efektif meskipun target berada pada jarak 2 km. Namun karena keterbatasan scope (teropong) pada senapan ini, sehingga hanya efektif untuk jangkauan 1,5 km.
Untuk urusan daya tembak, SPR 2 yang berkaliber 12,7 mm x 108 ini, bisa menembus lapis baja tank dengan ketebalan 1 cm. SPR 3 lebih baik lagi, senapan runduk ini bisa menembus lapis baja hingga ketebalan 3 cm. Semua itu dapat dipastikan bila jarak tank ada 1 sampai 1,5 km." Cukup jauh.
Ketiga senapan penembak jitu ini sudah dilengkapi dengan peredam suara. Meski tidak secara signifikan menurunkan suara letusan senapan. Namun biasanya jarak aman seorang sniper di bawah radius 1 km. Oleh karena itu, sang sniper biasanya selalu mengambil posisi tembak dengan jarak 1-2 km. Untuk jarak sejauh itu, biasanya suara letusan peluru tidak terdengar lagi (oleh musuh).
Didesain Sendiri oleh PT Pindad
Senapan ini terilhami dari produk-produk senapan-senapan anti-tank yang sudah ada. Namun untuk SPR ini PT Pindad mendesain sendiri bentuknya dengan harga yang relatif murah. Walaupun pada sebagian sisi masih berdasarkan desain dari Black Arrow M93 dan NTW-20 produksi Afrika Selatan yang harganya berada di atas Rp1 miliar.
Produk senjata sejenis sudah ada. Misalnya Gepard M1/M2 (Hongaria, kaliber .50), Barret M82, M90 dan M95, M99, serta M-107 (Amerika, kaliber .50), SVN-98 (Rusia, kaliber 12,7 mm x 108), Steyr IWS-2000 (Austria, kaliber .50 dan 12,7 mm x 108), PGR UM-Hecate (Prancis, kaliber .50), AI AS (Inggris, kaliber .50), dan NTW-20 (Afrika Selatan, kaliber 20 mm).
Sekilas Sejarah Senapan Anti-Material (Anti-Tank)
Penggunaan senapan penembak jitu anti-material tembus lapis baja tank ini sudah digunakan sejak Perang Dunia II pada tahun 1939-1945 oleh pasukan Nazi Jerman yang menggunakan Mauser Tank-Gewehr Model 1918 kaliber .51, Jepang dengan Tipe 97 kaliber 20 mm, dan Inggris dengan Boys Antitank Rifle kaliber .55.
Ketiga pasukan tersebut menggunakannya untuk menghantam masing-masing musuhnya, yang berlindung di balik tembok atau berada dalam kendaraan lapis baja.
Usai perang, berbagai negara terutama Amerika, Inggris, Prancis, dan negara-negara Eropa Timur kemudian mengembangkan dengan menggunakan peluru kaliber .50 atau biasa disebut dengan kaliber 12,7 mm x 99 dan kaliber 12,7 mm x 108, yang menjadi standar senapan mesin berat mereka. Dari berbagai negara yang ikut memproduksi senapan antimaterial ini, Jerman, Amerika, dan Rusia yang paling banyak membuat aneka produk sejenis.
Vivanews, artileri.org
Adalah Senapan Penembak Runduk (SPR) atau biasa juga disebut dengan senapan runduk saja yang dikhususkan untuk senapan sniper ini sudah diproduksi oleh PT Pindad sejak tahun 2007.
Ada tiga versi SPR:
* SPR 1 (produksi 2007), kaliber 7,62 mm
* SPR 2 (produksi 2010), kaliber 12,7 mm x 108
* SPR 3 (Produksi 2010), kaliber 12,7 mm x 108
Ketiga senapan sniper itu sudah didesain menggunakan peluru yang bisa menembus lapis baja pada kendaraan tempur, seperti tank (dengan ketebalan lapis baja dan jarak tembak tertentu - Artileri).
Kemampuan SPR
SPR-1 yang berkaliber 7,62 mm dapat menembak efektif sampai jarak 700-900 meter. Pada jarak tembak 400-500 meter, amunisi SPR-1 ini bisa menembus baja dengan ketebalan 5 mm.
Sementara, SPR-2 dan SPR-3 akurasi tembaknya hingga jarak 1,5 km. Sebenarnya SPR-2 dan SPR-3 bisa menembak efektif meskipun target berada pada jarak 2 km. Namun karena keterbatasan scope (teropong) pada senapan ini, sehingga hanya efektif untuk jangkauan 1,5 km.
Untuk urusan daya tembak, SPR 2 yang berkaliber 12,7 mm x 108 ini, bisa menembus lapis baja tank dengan ketebalan 1 cm. SPR 3 lebih baik lagi, senapan runduk ini bisa menembus lapis baja hingga ketebalan 3 cm. Semua itu dapat dipastikan bila jarak tank ada 1 sampai 1,5 km." Cukup jauh.
Ketiga senapan penembak jitu ini sudah dilengkapi dengan peredam suara. Meski tidak secara signifikan menurunkan suara letusan senapan. Namun biasanya jarak aman seorang sniper di bawah radius 1 km. Oleh karena itu, sang sniper biasanya selalu mengambil posisi tembak dengan jarak 1-2 km. Untuk jarak sejauh itu, biasanya suara letusan peluru tidak terdengar lagi (oleh musuh).
Didesain Sendiri oleh PT Pindad
Senapan ini terilhami dari produk-produk senapan-senapan anti-tank yang sudah ada. Namun untuk SPR ini PT Pindad mendesain sendiri bentuknya dengan harga yang relatif murah. Walaupun pada sebagian sisi masih berdasarkan desain dari Black Arrow M93 dan NTW-20 produksi Afrika Selatan yang harganya berada di atas Rp1 miliar.
Produk senjata sejenis sudah ada. Misalnya Gepard M1/M2 (Hongaria, kaliber .50), Barret M82, M90 dan M95, M99, serta M-107 (Amerika, kaliber .50), SVN-98 (Rusia, kaliber 12,7 mm x 108), Steyr IWS-2000 (Austria, kaliber .50 dan 12,7 mm x 108), PGR UM-Hecate (Prancis, kaliber .50), AI AS (Inggris, kaliber .50), dan NTW-20 (Afrika Selatan, kaliber 20 mm).
Sekilas Sejarah Senapan Anti-Material (Anti-Tank)
Penggunaan senapan penembak jitu anti-material tembus lapis baja tank ini sudah digunakan sejak Perang Dunia II pada tahun 1939-1945 oleh pasukan Nazi Jerman yang menggunakan Mauser Tank-Gewehr Model 1918 kaliber .51, Jepang dengan Tipe 97 kaliber 20 mm, dan Inggris dengan Boys Antitank Rifle kaliber .55.
Ketiga pasukan tersebut menggunakannya untuk menghantam masing-masing musuhnya, yang berlindung di balik tembok atau berada dalam kendaraan lapis baja.
Usai perang, berbagai negara terutama Amerika, Inggris, Prancis, dan negara-negara Eropa Timur kemudian mengembangkan dengan menggunakan peluru kaliber .50 atau biasa disebut dengan kaliber 12,7 mm x 99 dan kaliber 12,7 mm x 108, yang menjadi standar senapan mesin berat mereka. Dari berbagai negara yang ikut memproduksi senapan antimaterial ini, Jerman, Amerika, dan Rusia yang paling banyak membuat aneka produk sejenis.
Vivanews, artileri.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar